26 Desember 2004
Tragedi Tsunami yang melululantahkan jagad aceh, diakui dunia sebagai bencana yang maha dasyat. tidak hanya harta benda, banyak sanak saudara yang hilang. Peristiwa itu sungguh membekas.
26 Desember 9 tahun setelah itu,
Sempat berfikir, aku tidak mau tragedi yang menurutuku adalah mimpi buruk, seolah2 datang menghampiri. aku tidak mau kehilangan sahabat ataupun jauh darinya.
Pagi menyapaku sinis. aku membusung lesu. tak biasanya, orang seceria ini bisa linglung. dan aku tambah bingung ketika orang yang aku kira lebih ceria dari aku, juga membatu.
Sepatah duapatah kata, dengan iseng kulontarkan tiba - tiba. hasilnya nol. akupun emulai cerita tentang bagaimana aku pagi itu. cerita selesai, aku diam. sahabatku juga membisu seolah - olah tidak peduli. tanpa kusadari, ia pergi. sempat berfikir, apakah aku seorang pengecut peminta empati? tak berapa lama, secarik kertas disodorkannya. buletin sekolah bertajuk islami. sempat kubaca sedikit. aku paham maksud semuanya. lalu, senyum tersungging. begitupun dia. terimakasih sob!
aku melihatmu dengan sederhana
seperti ilalang yang bebas bergerak ditiup angin
yang tumbuh saat butuh
yang hijau saat lesu
aku mendukungmu dengan sederhana
seperti spongbob dengan patrick
sukarno dengan hatta
seperti aku
mendukung diriku sendiri
itulah aku, yang sederhana membutuhkan teman. tak usah banyak cakap, tapi cakap menyediakan dan membantu apa yang dibutuhkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar