Selasa, 10 April 2012

Surya Pratama in " Oh,,,"

Udah dua minggu yang lalu aku dikasih tugas buat ngarang cerpen. Mau tau nggag, ini hasilnya. sebuah cerpen konyol nan tak masuk akal karangan anak yang tidak tahu aturan ngarang yang bener. Sebelumnya thanks udah kuat nahan karanganku yang jauh dari layak untuk di baca. Peace!!!. 
Selanjutnya maaf ya broo, aku terinspirasi sama kalian semua. berkat kalian cerpen ini selesasi 2 jam sebelum deadline.



Oh,,,,
( Sebuah Cerpen yang Mengisahkan Betapa Kejamnya Dunia Mempermainkan Kehidupan )

T
ia, seorang gadis cantik yang disukai oleh semua cowok di sekolahnya. Dengan pakaiannya yang minim untuk siswa SMA dan rambutnya yang selalu terurai seperti model iklan shampo, membuat semua cowok tertarik padanya. Tapi dibalik keistimewaannya itu, dia mempunyai kekurangan. Dia sangatlah bodoh. Tidak ada nilai yang bagus yang dia peroleh kecuali kesenian dan olah raga. Dari 26 siswa di kelasnya, dia selalu menduduki peringkat satu dari bawah.
Suatu ketika Tia sedang mengikuti pelajaran Biologi yang diampu oleh Pak Ras. Dia tidak memusatkan pikiran dan perhatiannya terhadap penjelasan Pak Ras tapi sibuk bermain dengan ponselnya, menulis pesan dengan pacarnya, Jossy. Dia tertawa sendiri melihat pesan yang diterimanya. Tanpa disadari Pak Ras memperhatikan tingkahnya. Shaf yang duduk di sebelahnya menyenggol tangan Tia karena Pak Ras berjalan ke arahnya. Tia melirik Shaf dengan kesal karena mengganggu kegiatannya. Setelah dia tahu bahwa Pak Ras meuju ke tempat duduknya, dia bergegas menghentikan kegiatannya dan memasukkan ponselnya ke dalam tas yang berada di pangkuan.

“Sudah selesai menulisnya, Tia?” tanya Pak Ras yang bediri di sebelah tempat duduk Tia.
“Eh, belum Pak,” jawab Tia.
“Apa yang kamu lakukan?”
“Ma- ma’af, pak.”
Dengan terburu-buru Tia mengambil buku catatan yang masih di dalam tas beserta pulpen dan segera menulis. Pak Ras masih berada di sampingnya sambil mengamati apa yang sedang dia lakukan. Tia pun merasa sedang dihukum karena kesalahan yang dia perbuat. Dia melirik Shaf. Shaf hanya mengangkat kedua matanya. Tidak tahu harus bagaimana.
“Tulisanmu bagus, Tia?!”  kata Pak Ras tiba-tiba.
“A-apa Pak?” Tia kaget mendengarnya, tidak percaya dengan perkataan yang diucapkan Pak Ras.
“Kalau tulisanmu dijadikan kaligrafi, pasti dinding di rumahmu akan terlihat indah,” kata Pak Ras memuji Tia.
“Teruskan menulisnya, ya!” kata Pak Ras, seraya tangannya mengelus pundak Tia lalu kembali ke mejanya.
Tia benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Dia dan Shaf masih saling memandang dengan penuh tanda tanya. Mereka tidak tahu harus berkata apa. Setelah beberapa menit, pelajaran Biologi selesai. Mereka berdua berjalan menuju kantin.

***

            “Tia!” kata Shaf ketika istirahat di kantin. “Kau tidak curiga dengan sikap Pak Ras?”
“Memang kenapa?” tanya Tia sambil menyeruput es melonnya.
“Dia terlalu memperhatikanmu,” kata Shaf sambil menyendok baksonya.
“Memangnya kenapa? Tidak ada yang salah, kan?. Apalagi kalau aku bisa mendapatkan nilai-nilai bagus dari Pak Ras, walau aku tidak pernah memperhatikan pelajarannya.”
“Kamu belum dengar, ya ?” kata Shaf sedikit berbisik. “Minggu lalu Isna anak X.1, pindah sekolah gara-gara Pak Ras.”
“ Gara-gara Pak Ras? Bagaimana bisa?” kata Tia tidak mengerti.  
“ Awalnya Pak Ras sangat perhatian pada Isna seperti yang dilakukannya kepadamu. Dia memberi nilai bagus kepadanya. Dan akhirnya dia membujuk Isna untuk diajak ke UKS berduaan. Kau bisa tebak apa yang dilakukannya?”
Tia mengerutkan dahi tampak berpikir.
“Sehari setelah itu Isna langsung minta dipindahkan,” lanjut Shaf.           “Sebenarnya orang tua Isna ingin menuntut Pak Ras, tapi tidak ada bukti yang kuat. Jadi, Pak Ras bisa lolos.”
“Kalau itu memang benar, kenapa aku tidak pernah mendengarnya?”
“Itu karena kamu terlalu sibuk dengan pacarmu!”
“Kau hanya iri,” jawab Tia.
“Apa!?” Shaf terkejut mendengarnya.
“Kau iri padaku karena tidak mendapatkan perhatian dari Pak Ras. Dan kau iri padaku karena aku bisa mendapatkan nilai-nilai bagus darinya.”
“Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?” kata Shaf tersinggung, nada suaranya meninggi. “Aku mencoba untuk memperingatkanmu, tapi kau justru menuduhku seperti itu. Asal tahu saja, aku bisa mendapatkan nilai bagus bukan karena dapat perhatian dari guru, tetapi karena usahaku sendiri. Tidak seperti kau!”
 “Kalau kamu tetap tidak percaya dengan apa yang dilakukan Pak Ras, aku punya informasi menarik yang bisa menjadi pertimbangan kamu.” cetus Shaf.
Ayahku pernah cerita tentang Pak Ras. Sewaktu di SMA, dia sekelas dengan Ayahku. Pada saat  itu, dia sering dipanggil sama guru BK karena ulahnya yang tidak sopan dan tidak senonoh. Dia memang pangeran sekolah tapi ulahnya amit-amit. Dia selalu membuat kegaduhan di kelas. Dia pernah dipanggil di kantor polisi karena perkelahian yang dilakukan dengan siswa lain sekolah. Guru-guru sampai hafal benar dengan anak yang bernama Rasmin ( Pak Ras ). Setiap ulangan pasti menggunakan jurus jitunya alias cari contekan. Yang paling parah lagi, dia pernah didamprat oleh seorang ibu yang mengaku putrinya MBA (Marriage By Accident) karena ulahnya juga. Tapi nasib mujur selalu menghampirinya karena kekayaan yang dimiliki orang tuanya.”
“Lalu?” tanya Shaf penuh penasaran.
“Bapakku tidak melanjutkan ceritanya karena ponselnya berdering. Tapi sebelumnya Bapakku juga pernah bergumam bahwa Pak Ras memang beruntung. Selain nakal dan playboy kelas kakap, dia sangat bodoh. Tes seleksi penerimaan pegawai negeri saja sudah dia ikuti sampai lima kali sejak lulus dari salah satu Perguruan Tinggi swasta. Baru tahun 2012 ini dia nembus tes dan diangkat menjadi PNS da ditempatkan di sekolah kita. Entah faktor apa yang membuat dia bisa begitu.”
Setelah mengatakan semua itu, Shaf langsung beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan Tia sendirian di kantin. Tia terbengong-bengong melihatnya.
 “Kenapa sih dengan anak itu?” begitu pikirannya.

***

            Tidak bisa dipungkiri apa yang dikatakan oleh Shaf tempo hari cukup mengusik pikiran Tia. Terlebih ketika ia bertemu Pak Ras. Ia selau memperhatikan setiap gerak-geriknya. Tidak hanya di dalam kelas saja, ketika berada di luar kelas Pak Ras juga sering kali mencari waktu untuk mendekati Tia. Dan di suatu hari, Pak Ras memanggil Tia untuk membantunya. Pak Ras meminta bantuan Tia untuk mengangkat obat-obatan ke Ruang UKS. Teringat apa yang dikatakan Shaf tempo hari, Tia pun menolak dengan halus. Perbuatan yang Tia lakukan membuat kecewa Pak Ras. Tia pun bergegas pergi. Dia tidak mau berlama-lama berada di ruang ini karena takut Pak Ras berhasil membujuknya. Untung saja dia bisa lari, kalau tidak dia tidak tahu apa yang akan terjadi dengannya.

***

“Kau istirahat saja dulu di sini!”saran Shaf sambil memapah Tia ke UKS.
Tia tertatih-tatih berjalan ke ranjang dibantu oleh Shaf. Setelah dia bisa duduk di atas ranjang dia mengibas-ngibaskan lututnya yang terluka karena jatuh dari tangga sewaktu pelajaran olahraga. Menurut Tia, dia lebih senang tiduran di UKS daripada ikut pelajaran olahraga yang membuat capek. Setelah Shaf mengusapkan antiseptik yang dia temukan di kotak obat ke bagian yang terluka, Tia berkata :
“Tempat inilah saksi perbuatan bejat seorang guru kepada muridnya yang membuat masa depan muridnya hancur.”  kata Tia teringat dengan cerita Shaf.
“ Iya betul sekali itu.” sela Shaf. “Eh Tia, aku keluar dulu ya. Ntar kalau ada waktu aku ke sini lagi. OK.?”
“OK!” jawab Tia.
            Detik demi detik, menit demi menit dilewati oleh Tia sendirian. Sampai suatu saat dia mendengar suara pintu yang terbuka.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam, siapa di sana?” tanya Tia.
“Tenang, aku Pak Ras. Aku di sini hanya untuk menjengukmu. Saya mendengar dari anak-anak, kamu ada disini. Apa yang terluka?”
Jantung Tiapun hampir copot mendengar bahwa itu Pak Ras. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Setelah itu Pak Ras mendekati Tia dan melihat lukanya. Tanpa dia sadar, Pak Ras segera membius Tia sehingga Tia tak sadarkan diri.
“Nah, inilah kesempatanku untuk menikmatinya.” pikir Pak Ras.

Setelah selesai menikmati tubuh Tia yang tak berdaya, Pak Ras pun meninggalkan Tia dengan keadaan tak mengenakan selembar kain pun di sekujur tubuhnya. Tapi, disaat Pak Ras keluar dari UKS, dia kepergok oleh Jossy.
“Apa yang Bapak lakukan di UKS ini?” tanya Jossy.
Apapun yang kulakukan itu bukan urusanmusahut Pak Ras sambil berlari kecil dengan raut wajah yang panik.
Dengan penuh heran Jossy mencerna kata-kata Pak Ras tadi. Dia tidak tahu maksud perkataan Pak Ras. Hingga saatnya ketika Jossy masuk ke UKS, dia menemukan Tia dengan keadaan telanjang. Dia pun baru tahu maksud perkataan Pak Ras. Tanpa berpikir panjang, dia segera melapor kepada Kepala Sekolah. Sehari setelah itu, Pak Ras dipanggil dan diberhentikan dengan tidak hormat. Selain itu  Pak Ras juga dituntut oleh pihak kepolisian.

            Setelah beberapa jam, Tia pun baru sadar. Dia bingung dengan keadaannya sekarang. Dia pun bergegas berpakaian dan segera menemui Jossy. Jossy segera menceritakan semuanya. Tia pun menangis tiada henti sampai orang tuanya dipanggil ke sekolah. Orang tuanya pasrah dengan keadaan Tia yang sekarang. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Selain diperkosa oleh Pak Ras, Tia juga diputus oleh sang pacar tercinta. Jossy tidak mau mempunyai pacar yang sudah tidak suci lagi.

***

             Tiga hari berlalu, Tia belum juga larut dalam kesedihannya. Tia tidak tahu apa yang dapat dilakukannya di masa mendatang dengan keadaan seperti itu. Di dalam keheningannya, datanglah seorang laki-laki dengan membawa sepucuk surat.
            “Apakah benar ini rumah Tia?” tanyanya.
            “Ya pak, saya sendiri. Ada apa?”
            “Ini ada titipan surat dari bapak Kepala Sekolah.”
            “Kalau boleh tahu, isinya apa ,pak?”
            “Wah, maaf. Saya tidak tahu betul. Permisi.”

            Perasaan deg-degan menyelimuti tubuh Tia. Dia tidak tahu apa isi surat tersebut. Setelah dia baca, kabar buruk menimpanya. Dia dikeluarkan dari sekolah.
            Malam harinya, Tia memberitahukan isi surat itu kepada orangtuanya.

            “Umi, apakah aku boleh mencari sekolah yang baru?”
            “Mana mungkin ada sekolah yang menampung anak-anak hamil?”
            “Lalu bagaimana nasibku? Haruskah aku gugurkan kandunganku?”
            Dengan suara yang membentak Umi berkata, “Jangan! Kau sudah berdosa. Jangan menambah dosa lagi!”
            “Lalu apa yang harus kulakukan, umi?”
            “Tunggu sampai anakmu lahir!”
            “Apa!?”

***

            Selama sembilan bulan, Tia mendekam di rumahnya. Tia tak bisa berbuat apa-apa. Di tengah keheningan malam, terbangunlah dia. Dia segera mengambil air wudhu dan mengambil rukuh dan sajadah seraya menengadahkan kedua tangannya sambil berkata :
            “Pada siapa lagi aku bisa berbicara, sebelum ayam jantan berkokok, atau pun mengubah malam menjadi pagi. Biasanya aku hanya anak SMA yang polos, ceria, dan sekarang sepertinya aku hanyalah sebuah kotak kosong yang dipenuhi kesepian dan kesedihan.”
            “Ya, Allah. Tolonglah hambaMu yang hina dan penuh dosa ini. Tunjukkan jalan yang benar. Berilah kekuatan iman, kesabaran, dan petunjukMu. Jangan biarkan hambaMU ini terlarut dalam dosa. Ampuni segala kesalahan dan kekhilafan hamba. Ampuni segala dosa-dosa yang telah hamba perbuat. Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Ghofur. Amin   
           

*the end*
           



“HIDUP MEMANG TAKDIR, TAPI BAGAIMANA MENYIKAPI TAKDIR ITULAH YANG SAYA SEBUT FILOSOFI HIDUP. MAKA DARI ITU GUNAKAN HIDUPMU SEBAIK - BAIKNYA “
Surya PB





2 komentar:

Muhammad Irfan mengatakan...

keren, sur!

Anonim mengatakan...

judule sangar tenan surr !

Posting Komentar

 
;